Thor Dalam Mitologi Skandinavia
Nama : Juang
Herdiana Muslim
NPM :
14513705
Kelas : 1PA06
Filsafat adalah cara berpikir yang sama sekali baru yang berkembang di
Yunani sekitar enam ratus tahun sebelum kelahiran Kristus. Hingga masa itu,
semua pertanyaan yang diajukan oleh manusia dijawab oleh berbagai agama.
Penjelasan-penjelasan agama ini disampaikan dari generasi ke generasi dalam
bentuk mitos. Mitos adalah sebuah cerita mengenai dewa-dewa untuk menjelaskan
mengapa kehidupan berjalan seperti adanya.
Selama ribuan tahun, banyak sekali penjelasan mitologis bagi
pertanyaan-pertanyaan filsafat yang tersebar di seluruh dunia. Para filosof
Yunani berusaha untuk membuktikan bahwa penjelasan-penjelasan ini tidak boleh
dipercaya.
Barangkalai kita pernah mendengar mitos dari Skandinavia, tentang Thor
dan palunya. Sebelum agama Kristen masuk ke Norwegia, orang-orang percaya bahwa
Thor mengendarai sebuah kereta yang ditarik dua ekor kambing melintasi angkasa.
Ketika dia mengayunkan palunya akan terdengar Guntur dan halilintar. Kata
guntur dalam bahasa Norwegia – “Thor-don” – berarti raungan Thor. Dalam bahasa
Swedia, kata guntur adalah “aska” yang berasal dari kata “as-aka”, yang berarti
“perjalan dewa” di atas lapisan-lapisan langit.
Jika ada guntur dan halilintar pasti ada hujan, yang sangat penting bagi
parapetani Viking. Maka, Thor dipuja sebagai Dewa Kesuburan.
Penjelasan mitologi untuk hujan karenanya adalah bahwa Thor sedang
mengayunkan palunya. Dan jika hujan turun, jagung berkecambah dan tumbuh subur
di ladang.
Bagaimana tanaman-tanaman di ladang dapat tumbuh dan menghasilkan panen
tidaklah dipahami. Tapi jelas itu dikaitkan dengan hujan. Dan karena setiap orang
percaya bahwa hujan ada hubungannya dengan Thor, dia menjadi salah satu dewa
paling penting di wilayah Skandinavia.
Masih ada alasan mengapa Thor dianggap penting, satu alasan yang
berkaitan dengan seluruh tata dunia.
Orang-orang Viking percaya bahwa dunia yang dihuni itu merupakan sebuah
pulau yang selalu terancam bahaya dari luar. Mereka menyebut bagian dunia ini
Midgard, yang berarti kerajaan di tengah. Di dalam Midgard terletak Asgard,
tempat bersemayam para dewa.
Di luar Midgard adalah kerajaan
Utgard, tempat tinggal para raksasa yang curang, yang melakukan segala tipuan
keji untuk menghancurkan dunia. Monster-monster jahat seperti ini sering
dianggap sebagai “kekuatan-kekuatan pengacau”. Bukan hanya dalam mitologi
Skandinavia, melainkan juga dalam semua kebudayaan lain, orang-orang mendapati
bahwa ada seuatu keseimbangan yang rawan antara kekuatan baik dan kekuatan jahat.
Salah satu cara yang digunakan para raksasa untuk menghancurkan Midgard
adalah dengan menculik Freyja, Dewi Kesuburan. Jika mereka dapat melakukan ini,
tidak ada yang dapat tumbuh di ladang dan para wanita tidak dapat lagi
mempunyai anak. Maka penting sekali untuk mencegah usaha para raksasa ini.
Thor adalah tokoh utama dalam pertempuran melawan para raksasa. Palunya
bukan hanya digunakan untuk membuat hujan, melainkan juga merupakan senjata
yang menentukan dalam pertempuran melawan kekuatan pengacau yang berbahaya.
Palu itu memberi Thor kemampuan yang hampir tanpa batas. Misalnya, dia dapat
melemparkannya ke arah para raksasa itu dan membunuh mereka. Dan dia tidak
perlu khawatir palu itu hilang, sebab ia selalu kembali kepadanya, persis
seperti bumerang.
Inilah penjelasan mitologis bagaimana keseimbangan alam dipertahankan dan
mengapa selalu terjadi pertempuran antara kebaikan dan kejahatan. Dia inilah
tepatnya jenis penjelasan yang ditentang oleh para filosof.
Namun ini bukanlah penjelasan semata.
Manusia tidak dapat hanya duduk termangu dan menunggu para dewa turun
tangan, sementara bencana seperti
kekeringan dan wabah melanda. Mereka harus bertindak sendiri dalam
perjuangan melawan kejahatan. Ini mereka lakukan dengan menjalankan berbagai
upacara agama atau ritus.
Cerita diatas tdiak dibuat untuk hiburan semata. Mitos itu juga berusaha
untuk menjelaskan sesuatu. Atau ungkin barangkali mitos itu merupakan suatu
upaya untuk menjelaskan kepada orang-orang mengenai apa yang tidak dapat mereka
pahami.
Namun, mitos bukan semata-mata penjelasan. Orang-orang juga menjalankan
upacra-upacra keagamaan yang berkaitan dengan mitos-mitos tersebut. Kita dapat
membayangkan bagaimana tanggapan orang-orang terhadap proses alam dengan
menciptakan suatu drama mengenai peristiwa-peristiwa dalam mitos itu.
Referensi :
Dunia Sophie (Novel Filsafat) karya Jostein Gaarder
0 komentar:
Posting Komentar