Filsafat dan Gambaran Mitologis Yunani
Nama :
Juang Herdiana Muslim
NPM :
14513705
Kelas :
1PA06
Gambaran
mitologis dunia mulai hidup di Yunani ketika filsafat pertama mulai berkembang.
Cerita-cerita tentang para dewa Yunani telah diturunkan dari generasi ke
generasi selama berabad-abad. Di Yunani,
para dewa dinamakan Zeus dan Apollo, Hera dan Athena, Dionysos dan Asklepios,
Herakles dan Hephaestos, untuk menyebut sebagian di antaranya.
Sekitar 700 SM, kebanyakan
mitologi Yunani ditulis oleh Homer dan Hesiod. Ini menciptakan situasi yang sama
sekali baru. Kini setelah mitos-mitos itu berkembang dalam bentuk tulisan,
terbuka kemungkinan untuk mendiskusikannya.
Para filosof Yunani paling awal
mengecam mitologi Homer sebab para dewa terlalu menyerupai manusia dan sama
egois serta sama curangnya. Untuk
pertama kalinya mitos-mitos itu tidak lain hasil dari pemikiran manusia.
Salah seorang pendukung
pandangan ini adalah filosof Xenophanes, yang hidup sekitar 570 SM. Manusia
menciptakan dewa-dewa sesuai dengan bayangan mereka sendiri. Mereka percaya
bahwa dewa-dewa itu dilahirkan dan mempunyai badan dan pakaian serta bahasa
sebagaimana kita semua. Contoh, orang-orang Etiopia percaya bahwa para dewa itu
hitam dan berhidung rata.
Mitos bangsa Trasia membayangkan
mereka sebagai manusia bermata biru dan berambut terang. Jika sapi, kuda dan
singa dapat menggambar, mereka akan melukiskan para dewa yang tampak seperti
sapi, kuda dan singa.
Pada masa itu, orang-orang
Yunani mendirikan banyak Negara-kota, baik di Yunani sendiri mauoun di
koloni-koloni Yunani di Italia Selatan dan Asia Kecil, yang di dalamnya semua
kerja berat dilakukan oleh para budak, sehingga setiap warga Negara bebas untuk
memanfaatkan waktu mereka dengan memikirkan politik dan kebudayaan.
Murni atas namanya sendiri,
setiap warga Negara akan mempertanykan bagaimana masyarakat semestinya diatur.
Dengan demikian, setiap individu juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan
filosofis tanpa berpaling pada mitos-mitos kuno.
Ada banyak contoh, banyak sekali
dari bagian-bagian dunia lain mengenai cara orang-orang mendramatisasi mitos
mereka menyangkut proses alam.
Timbul suatu pertanyaan, apakah
kita akan mecari semacam penjelasan mengapa tiba-tiba hujan turun pada suatu
hari? Apakah kita akan menciptakan fantasi untuk menjelaskan ke mana salju menghilang
dan mengapa matahari terbit pada suatu pagi?
Kita dapat mendramatisasi mitos,
mungkin dengan mengarang cerita seperti ini:
Musim salju di suatu belahan
dunia mencengkeram tanah dalam genggaman-nya sedingin es, sebab si Jahat Muriat
telah memenjarakan Putri Sikita yang jelita dalam penjara yang dingin. Namun
suatu pagi, Pangeran Baravato yang gagah berani datang dan menyelamatkannya.
Sikita merasa begitu bahagia sehingga dia mulai menari-nari di atas padang
rumput, menyanyikan sebuah lagu yang telah diciptakannya dalam penjara yang
lembap. Bumi dan pepohonan menjadi begitu terharu sehingga salju meleleh dan
menjadi air mata. Tapi kemudian, matahari muncul dan mengeringkan seluruh air
mata itu. Burung-burung menirukan nyanyian Sikita, dan ketika sang putri yang
jelita melepas ikalnya yang keemasan, beberapa gumpal rambutnya jatuh ke bumi
dan berubah menjadi bunga bakung di ladang.
Jika kita tidak menemukan
penjelasan lain mengenai bergantinya musim , kita yakin bahwa pada akhirnya
kita pasti akan mempercayai cerita karangan itu.
Dan kita tahu bahwa orang-orang
selalu ingin menjelaskan proses alam. Barangkali mereka tidak dapat hidup tanpa
penjelasan-penjelasan semacam itu. Dan bahwa mereka menciptakan berbagai mitos
pada masa sebelum ada sesuatu yang dinamakan sains.
Referensi :
Dunia Sophie (Novel Filsafat) karya Jostein Gaarder
0 komentar:
Posting Komentar